Level Ancaman: 0.32

Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumatera Utara berhasil menggagalkan upaya pengiriman 26 calon pekerja migran Indonesia nonprosedural atau ilegal ke Malaysia.

WHAT: Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumatera Utara berhasil menggagalkan upaya pengiriman 26 calon pekerja migran Indonesia nonprosedural atau ilegal ke Malaysia.
WHO: Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumatera Utara, dipimpin oleh Direktur Reskrimum Komisaris Besar Polisi Sumaryono.
WHEN: Tidak disebutkan tanggalnya dalam teks.
WHERE: Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
HOW/Chronology: Sebanyak 26 calon pekerja migran ilegal, terdiri dari 18 laki-laki dan 8 perempuan berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Mereka hendak diberangkatkan ke Malaysia untuk bekerja dengan gaji yang dijanjikan 1.500 RM per bulan. Para tersangka dijerat dengan pasal-pasal tentang perdagangan orang dan pelindungan pekerja migran Indonesia.
WHY: Upaya pengiriman calon pekerja migran ilegal ke Malaysia terjadi karena adanya praktik ilegal dalam perekrutan dan pengiriman pekerja migran yang tidak sesuai prosedur yang berlaku.

Analisis Level Ancaman

Senjata: tanpa senjata
Sarana: tanpa kendaraan
Metode: terorganisir
Jaringan: internasional
Dukungan: dalam negeri
Bisnis: tak berbisnis
Skill: terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: kekayaan
Intensitas: sering dan berpola
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: individu sipil

Perihal: Penggagalan upaya pengiriman calon pekerja migran Indonesia secara ilegal (nonprosedural) ke Malaysia oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumatera Utara.

Opini dan Prediksi: Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa ini antara lain adalah minimnya kesempatan kerja di dalam negeri, adanya permintaan tenaga kerja di luar negeri dengan janji penghasilan yang menarik, serta keberadaan jaringan ilegal yang memfasilitasi penyaluran pekerja migran tanpa prosedur resmi. Pelaku dalam kasus ini kemungkinan adalah sindikat atau jaringan kriminal yang terorganisir yang menjalankan bisnis penyaluran pekerja migran ilegal demi keuntungan finansial. Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, perlu dilakukan peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap aktivitas penyaluran tenaga kerja ilegal, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang risiko pekerja migran ilegal, serta peningkatan kesempatan kerja dan perlindungan hukum bagi pekerja migran resmi. Kerjasama lintas negara juga penting untuk mengatasi masalah ini secara efektif.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 0.32

Level Ancaman: 0.32

Pengungkapan kasus penyelundupan narkotika jenis kokain dan methamphetamine oleh Tim Fleet One Quick Response di TBK, Kepri.

WHAT: Pengungkapan kasus penyelundupan narkotika jenis kokain dan methamphetamine oleh Tim Fleet One Quick Response di TBK, Kepri.
WHO: Tim Fleet One Quick Response Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun (F1QR), Tim Bea Cukai Kepri, TNI, Polda Kepri, Bea Cukai, dan BNN.
WHEN: Hari Jumat, 14-05-2025 malam.
WHERE: Lantamal IV Kota Batam, Kepri.
HOW/Chronology: Berawal dari informasi intelijen pada 13 Mei 2025, Tim F1QR Pangkalan TNI AL TBK menemukan kapal Aungtoetoe 99 melakukan aktivitas mencurigakan tanpa ikan atau peralatan penangkap ikan. Setelah pemeriksaan, ditemukan 95 karung mencurigakan berisi narkotika jenis kokain dan methamphetamine. Lima kru kapal dari Thailand dan Myanmar diamankan.
WHY: Penyelundupan narkotika ini diduga terjadi karena kelompok kriminal yang ingin memasukkan barang haram ke wilayah Indonesia untuk tujuan peredaran gelap. Upaya pengungkapan dilakukan untuk menjaga keamanan negara dan mencegah dampak negatif dari peredaran narkotika.

Analisis Level Ancaman

Senjata: tanpa senjata
Sarana: kapal motor
Metode: terorganisir
Jaringan: internasional
Dukungan: luar negeri
Bisnis: narkoba
Skill: terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: kekayaan
Intensitas: kadang-kadang
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: aparat sipil

Perihal: Pengungkapan penyelundupan narkotika jenis kokain dan methamphetamine dengan menggunakan kapal motor di perairan Kepri.

Opini dan Prediksi: Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa ini meliputi tingginya permintaan narkoba di pasar internasional maupun domestik yang mendorong peredaran gelap narkoba lintas negara. Penggunaan jalur laut sebagai sarana penyelundupan menunjukkan tingkat perencanaan tinggi dan organisasi yang kuat dalam jaringan ini. Pelaku diduga merupakan sindikat narkoba internasional yang melibatkan warga negara asing, dengan dukungan logistik dan perlindungan tertentu agar operasi dapat berlangsung. Untuk mencegah kejadian serupa, diperlukan kerja sama internasional dalam intelijen dan penegakan hukum, peningkatan pengawasan di perairan dan pelabuhan, serta pemberdayaan aparat keamanan dengan teknologi deteksi mutakhir dan pelatihan intensif. Pendidikan masyarakat dan penegakan hukum terkait penyalahgunaan narkotika juga penting untuk mengurangi permintaan yang menjadi pangkal permasalahan.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 0.32

Level Ancaman: 0.32

Pengungkapan kasus penyelundupan narkotika.

WHAT: Pengungkapan kasus penyelundupan narkotika.
WHO: Jenderal TNI Fauzi, Tim Fleet One Quick Response (F1QR) Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun, para prajurit Lanal Tanjung Balai Karimun, serta kolaborasi dengan Polda Kepri, Bea Cukai, dan BNN.
WHEN: Hari Jumat, 14-05-2025 malam.
WHERE: Lantamal IV Kota Batam, Kepri.
HOW/Chronology: Tim F1QR Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun menemukan kapal mencurigakan Aungtoetoe 99 pada malam Rabu 14 Mei yang tidak memiliki ikan atau alat penangkap ikan. Setelah pemeriksaan, ditemukan 95 karung mencurigakan berisi narkotika jenis kokain dan methaphetamine. Tim Bea Cukai Kepri melakukan uji laboratorium dan mengonfirmasi isi karung tersebut. Lima orang kru kapal juga diamankan bersama dengan barang bukti.
WHY: Penyelundupan narkotika ini terjadi karena aktivitas mencurigakan kapal Aungtoetoe 99 yang diduga membawa narkotika. Kolaborasi antara TNI, Bea Cukai, dan instansi terkait lainnya bersama-sama berupaya mengamankan Kepulauan Riau dari peredaran gelap narkoba.

Analisis Level Ancaman

Senjata: tanpa senjata
Sarana: kapal motor
Metode: terorganisir
Jaringan: internasional
Dukungan: luar negeri
Bisnis: narkoba
Skill: terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: kekayaan
Intensitas: insidental
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: aparat sipil

Perihal: Pengungkapan penyelundupan narkotika jenis kokain dan methamphetamine dengan menggunakan kapal motor yang dilakukan oleh Tim Fleet One Quick Response Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun bekerja sama dengan Polda Kepri, Bea Cukai, dan BNN.

Opini dan Prediksi: Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa ini antara lain tingginya permintaan narkotika di dalam negeri dan internasional, kemudahan jalur penyelundupan melalui laut, serta adanya jaringan internasional pengedar narkotika yang menggunakan kapal untuk menyelundupkan barang haram tersebut. Pelaku diduga merupakan jaringan internasional yang melibatkan beberapa warga negara asing (Thailand dan Myanmar) dan memiliki keterampilan serta perencanaan yang matang dalam mengirim narkotika dalam jumlah besar. Pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan dapat dilakukan dengan memperkuat pengawasan perairan oleh TNI AL dan aparat keamanan lainnya, meningkatkan kerjasama internasional dalam pemberantasan narkoba, peningkatan pengawasan dan penegakan hukum di pelabuhan dan jalur laut, serta edukasi publik tentang bahaya narkotika.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 0.32

Level Ancaman: 0.32

Pengungkapan kasus penyelundupan 1,9 ton narkotika sabu dan kokain di Perairan Karimun, Kepulauan Riau.

WHAT: Pengungkapan kasus penyelundupan 1,9 ton narkotika sabu dan kokain di Perairan Karimun, Kepulauan Riau.
WHO: Panglima Koarmada I Laksamana Muda TNI Fauzi, Tim Fleet One Quick Response (F1QR) Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun, prajurit Lanal Tanjung Balai Karimun, Polda Kepri, Bea Cukai, dan BNN.
WHEN: Hari Rabu, 14-05-2025 malam.
WHERE: Perairan Karimun, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau.
HOW/Chronology: Berawal dari informasi intelijen pada 13 Mei 2025, Tim F1QR menemukan kapal Aungtoetoe 99 melakukan aktivitas mencurigakan. Setelah pemeriksaan, ditemukan karung mencurigakan berisi sabu dan kokain. Lima kru kapal diamankan bersama barang bukti.
6. Mengapa terjadi: Kasus ini terjadi karena upaya penyelundupan narkotika menggunakan kapal yang terdeteksi oleh Intelijen TNI dan berhasil diungkap kolaborasi antara TNI, Polda, Bea Cukai, dan BNN untuk mengamankan wilayah dari peredaran gelap narkoba.

Analisis Level Ancaman

Senjata: tanpa senjata
Sarana: kapal motor
Metode: terorganisir
Jaringan: internasional
Dukungan: luar negeri
Bisnis: narkoba
Skill: terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: kekayaan
Intensitas: sering
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: aparat sipil (penegak hukum dan pemerintahan terkait yang berusaha memberantas peredaran narkoba)

Perihal: Pengungkapan penyelundupan narkotika jenis sabu dan kokain seberat total 1,9 ton di perairan Karimun, Kepulauan Riau.

Opini dan Prediksi: Analisa:
Faktor-faktor yang mempengaruhi peristiwa ini antara lain adalah tingginya permintaan narkotika di pasar internasional dan domestik, keuntungan besar yang diperoleh dari bisnis narkoba ilegal, serta adanya jaringan penyelundupan narkoba yang terorganisir dan lintas negara. Pelaku dalam peristiwa ini diduga adalah jaringan kriminal internasional yang menggunakan kapal motor untuk menyelundupkan narkotika dari luar negeri ke wilayah Indonesia. Pelaku adalah individu atau kelompok bukan negara yang berorientasi pada keuntungan ekonomi (kekayaan).

Pencegahan kejadian serupa dapat dilakukan dengan memperkuat kerja sama antar lembaga penegak hukum (TNI, POLRI, Bea Cukai, BNN), meningkatkan patroli di perairan wilayah Indonesia, penggunaan teknologi pengawasan yang canggih, serta pemberdayaan intelijen untuk mengantisipasi dan mengungkap jaringan narkotika. Edukasi dan pemberantasan narkoba secara terpadu juga diperlukan untuk mengurangi permintaan domestik. Selain itu, penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku penyelundupan narkoba sangat penting untuk memberikan efek jera.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 0.32

Level Ancaman: 0.32

Pengungkapan pengedaran narkotika jenis kokain dan methamphetamine oleh Tim F1QR Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun.

WHAT: Pengungkapan pengedaran narkotika jenis kokain dan methamphetamine oleh Tim F1QR Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun.
WHO: Fauzi sebagai perwakilan TNI bintang dua, Tim Fleet One Quick Response (F1QR) Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun, Liman Lanal Tanjung Balai Karimun, Tim Bea Cukai Kepri, lima kru kapal yang terdiri dari satu warga negara Thailand dan empat warga negara Myanmar.
WHEN: Hari Jumat, 14-05-2025
WHERE: Lantamal IV Kota Batam, Kepri, di Tanjung Balai Karimun, kabupaten Karimun, provinsi Kepulauan Riau.
HOW/Chronology: Pengungkapan dimulai dari informasi intelijen yang diterima pada 13 Mei 2025. Tim F1QR Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun menemukan kapal Aungtoetoe 99 melakukan aktivitas mencurigakan tanpa ikan atau alat penangkap ikan. Setelah pemeriksaan mendalam, ditemukan 95 karung mencurigakan berisi narkotika jenis kokain dan methamphetamine. Tim berhasil mengamankan barang bukti dan lima kru kapal.
6. Mengapa terjadi: Pengungkapan ini dilakukan sebagai upaya TNI dan pemangku kepentingan terkait untuk mengamankan Kepulauan Riau dan NKRI dari peredaran gelap narkotika, sebagai wujud keseriusan dalam penanganan masalah narkotika di wilayah tersebut.

Analisis Level Ancaman

Senjata: tanpa senjata
Sarana: kapal motor
Metode: terorganisir
Jaringan: internasional
Dukungan: luar negeri
Bisnis: narkoba
Skill: terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: kekayaan
Intensitas: kadang-kadang
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: aparat sipil

Perihal: Pengungkapan penyelundupan narkotika jenis kokain dan methamphetamine melalui kapal motor di perairan Kepri.

Opini dan Prediksi:
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa ini antara lain: tingginya permintaan narkotika di pasar internasional dan nasional, keuntungan besar yang ditawarkan oleh bisnis narkoba mendorong pelaku melakukan aktivitas penyelundupan secara terorganisir dan lintas negara. Kapal motor digunakan sebagai sarana pengangkut narkotika yang dikemas dengan rapi sehingga upaya pengawasan menjadi lebih sulit. Pelaku kemungkinan adalah jaringan internasional yang terlatih dan memiliki modus operandi yang matang dalam penyelundupan narkoba, yang berasal dari luar negeri dan melibatkan kru kapal dari negara asing.

Untuk mencegah kejadian serupa agar tidak terulang di masa depan, perlu dilakukan penguatan kerjasama intelijen dan koordinasi antar lembaga penegak hukum seperti TNI AL, Bea Cukai, BNN, serta instansi keamanan negara lain baik di dalam maupun luar negeri. Pemeriksaan ketat terhadap kapal-kapal yang mencurigakan harus ditingkatkan, serta penggunaan teknologi pengawasan canggih dapat membantu mendeteksi aktivitas ilegal. Selain itu, upaya pencegahan dengan menekan permintaan narkoba melalui program rehabilitasi dan edukasi masyarakat juga sangat penting untuk mengurangi pasar gelap narkotika.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 0.32

Level Ancaman: 0.32

Petugas mengamankan sejumlah orang usai aksi Hari Buruh di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang yang berakhir ricuh.

WHAT: Petugas mengamankan sejumlah orang usai aksi Hari Buruh di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang yang berakhir ricuh.
WHO: Polisi, kelompok Anarko, mahasiswa, buruh, Gubernur Jawa Tengah, Kabid Humas Polda Jawa Tengah.
WHEN: Hari Kamis, 01-05-2025.
WHERE: Kantor Gubernur Jawa Tengah di Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Jawa Tengah.
HOW/Chronology: Aksi Hari Buruh berlangsung damai hingga berakhir ricuh setelah sekelompok massa provokator yang diduga Anarko dan mahasiswa melakukan provokasi terhadap petugas. Mereka membakar ban, melempari petugas dengan batu dan botol, sehingga polisi melakukan tindakan tegas untuk membubarkan aksi.
WHY: Terjadi ricuh setelah kelompok provokator yang diduga Anarko dan mahasiswa menyusup dalam aksi buruh dan melakukan tindakan provokatif terhadap petugas, menyebabkan keadaan tegang dan akhirnya berujung pada pembubaran aksi oleh polisi.

Analisis Level Ancaman

Senjata: senjata tumpul
Sarana: tanpa kendaraan
Metode: tidak terorganisir
Jaringan: lokal
Dukungan: dalam negeri
Bisnis: tak berbisnis
Skill: tidak terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: politik
Intensitas: sesekali
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: aparat sipil

Perihal: Kericuhan yang terjadi pada aksi Hari Buruh di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang akibat provokasi sekelompok massa yang diduga dari kelompok Anarko dan mahasiswa yang menyusup ke dalam massa buruh.

Opini dan Prediksi: Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa ini antara lain adanya kelompok yang memanfaatkan aksi damai untuk melakukan provokasi dengan tujuan menimbulkan kerusuhan dan ketegangan. Kelompok provokator tersebut diduga berasal dari kelompok Anarko dan mahasiswa yang menyusup ke dalam aksi buruh. Dalang atau pelaku utama dalam kericuhan ini adalah kelompok yang menyusup dan memprovokasi massa buruh. Pencegahan kejadian serupa di masa depan dapat dilakukan dengan meningkatkan pengawasan dan pengamanan selama aksi massa, melakukan penyaringan peserta aksi untuk mencegah penyusupan kelompok yang berpotensi memprovokasi, serta membangun komunikasi yang baik antara penyelenggara aksi, peserta, dan aparat keamanan agar aspirasi dapat disampaikan dengan damai tanpa adanya provokasi. Pendidikan dan sosialisasi mengenai cara penyampaian aspirasi yang damai juga penting untuk meminimalisir potensi kericuhan.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 0.32

Level Ancaman: 0.5

Petugas mengamankan sejumlah orang usai aksi Hari Buruh di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang yang berakhir ricuh.

WHAT: Petugas mengamankan sejumlah orang usai aksi Hari Buruh di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang yang berakhir ricuh.
WHO: Polisi, Kapolrestabes Semarang Kombes Pol. M. Syahduddi, Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol. Artanto, sejumlah provokator yang diduga kelompok Anarko dan mahasiswa.
WHEN: Hari Kamis, 01-05-2025.
WHERE: Kantor Gubernur Jawa Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah.
HOW/Chronology: Aksi Hari Buruh berlangsung di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah dari pagi hingga sore secara lancar. Namun, aksi berakhir ricuh setelah kelompok Anarko dan mahasiswa melakukan provokasi dengan membakar ban dan melempari petugas dengan batu dan botol saat buruh akan mengakhiri aksi. Polisi melakukan tindakan tegas membubarkan aksi tersebut.
WHY: Aksi provokasi diduga dilakukan oleh kelompok Anarko dan mahasiswa yang menyusup ke dalam aksi buruh, motif provokasi mereka masih dalam proses penyelidikan oleh kepolisian.

Analisis Level Ancaman

Senjata: senjata tumpul (karena pelaku melempari petugas dengan batu dan botol)
Sarana: tanpa kendaraan
Metode: tidak terorganisir
Jaringan: lokal
Dukungan: berdiri sendiri
Bisnis: tak berbisnis
Skill: tidak terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: politik
Intensitas: sesekali
Komitmen: tidak terencana
Instrumen: fisik
Target: aparat sipil

Perihal: Kericuhan yang terjadi akibat aksi provokasi dalam peringatan Hari Buruh di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang.

Opini dan Prediksi: Faktor-faktor yang mempengaruhi peristiwa tersebut meliputi adanya kelompok yang menyusup ke dalam aksi buruh dengan motif provokasi yang dapat memicu kericuhan. Kelompok ini diduga merupakan kelompok Anarko dan mahasiswa yang tidak sejalan dengan tujuan aksi buruh yang damai. Pelaku provokasi tampak tidak terorganisir dan tidak mewakili kelompok buruh utama, sehingga menyebabkan kerusuhan saat massa mulai bubar. Dalang atau pelaku utama kemungkinan adalah kelompok anarko dan beberapa individu mahasiswa yang ingin memanfaatkan momentum untuk tujuan politik atau mengacaukan situasi. Pencegahan kejadian di masa depan dapat dilakukan dengan pengamanan yang lebih ketat oleh kepolisian selama aksi massa, identifikasi dan pemisahan kelompok yang berpotensi provokator sejak awal, serta dialog dan komunikasi yang baik antara penyelenggara aksi, kepolisian, dan pemerintah agar aspirasi buruh tetap tersampaikan secara damai tanpa adanya intervensi dari kelompok lain yang berpotensi menimbulkan kericuhan.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 0.5

Level Ancaman: 1.03

Petugas mengamankan sejumlah orang usai aksi Hari Buruh di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang yang berakhir ricuh.

WHAT: Petugas mengamankan sejumlah orang usai aksi Hari Buruh di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang yang berakhir ricuh.
WHO: Petugas kepolisian, Kombes Pol. M. Syahduddi (Kapolrestabes Semarang), sejumlah provokator yang diduga kelompok Anarko dan mahasiswa, dan massa buruh.
WHEN: Hari Kamis, 01-05-2025.
WHERE: Kantor Gubernur Jawa Tengah, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
HOW/Chronology: Aksi Hari Buruh berlangsung lancar dan damai di pagi hingga sore. Namun, setelah buruh akan mengakhiri aksi, sekelompok massa provokator diduga berasal dari kelompok Anarko dan mahasiswa melakukan provokasi terhadap petugas dengan membakar ban, melempari petugas dengan batu dan botol. Polisi melakukan tindakan tegas untuk membubarkan aksi anarkis yang terjadi.
WHY: Provokasi diduga dilakukan oleh kelompok Anarko dan mahasiswa yang menyusup ke dalam aksi buruh, memicu terjadinya kericuhan dan aksi anarkis. Penyebab motif provokasi masih dalam pendalaman oleh pihak kepolisian.

Analisis Level Ancaman

Senjata: senjata tumpul (pembakaran ban dan pelemparan batu dan botol)
Sarana: tanpa kendaraan
Metode: terorganisir
Jaringan: lokal
Dukungan: dalam negeri
Bisnis: tak berbisnis
Skill: tidak terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: politik
Intensitas: kadang-kadang
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: aparat sipil

Perihal: Kericuhan dalam aksi Hari Buruh di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang akibat adanya provokasi oleh sekelompok massa yang diduga menyusup dari kelompok Anarko dan mahasiswa.

Opini dan Prediksi: Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa tersebut antara lain adanya kelompok yang menyusup ke dalam aksi damai dengan tujuan provokasi, ketegangan antara massa aksi dan aparat keamanan, serta kemungkinan ketidakpuasan dari kelompok tertentu terhadap kondisi politik atau sosial. Pelaku utama diduga adalah kelompok Anarko dan mahasiswa yang menyusup ke aksi buruh. Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, perlu dilakukan pengawasan ketat terhadap pelaksanaan aksi massa, dialog terbuka antara aparat keamanan dan penyelenggara aksi, serta edukasi dan komunikasi yang baik agar aksi berjalan damai tanpa gangguan provokatif. Penegakan hukum tegas terhadap pelaku provokasi juga penting untuk memberikan efek jera.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 1.03

Level Ancaman: 0.85

Pengusutan korupsi ekspor impor minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina terkait dengan manipulasi bahan bakar minyak (BBM) RON 90 menjadi RON 92.

WHAT: Pengusutan korupsi ekspor impor minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina terkait dengan manipulasi bahan bakar minyak (BBM) RON 90 menjadi RON 92.
WHO: Para pelaku yang terlibat dalam kasus korupsi ekspor impor minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina, antara lain Riva Siahaan (RS) sebagai dirut PT Pertamina Patra Niaga, Sani Dinar Saifuddin (SDS), Yoki Firnandi (YF), Agus Purwono (AP), Muhammad Kerry Andrianto Riza (MKAR), Dimas Werhaspati (DW), dan Gading Ramadhan Joedo (GRJ).
WHEN: Hari Senin, 24-02-2025 malam WIB.
WHERE: Gedung Kejaksaan Agung (Kejagung), Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
HOW/Chronology: Manipulasi terjadi dalam pengadaan impor produk kilang BBM RON 92 oleh PT Pertamina Patra Niaga, meskipun yang didatangkan adalah BBM RON 90. Para pelaku melakukan blending dari BBM RON 90 menjadi RON 92 untuk dijual ke masyarakat dengan harga premium.
WHY: Korupsi terjadi karena adanya praktik penipuan dan manipulasi dalam pengadaan dan penjualan bahan bakar minyak (BBM), yang merugikan keuangan negara dalam jumlah yang besar, yaitu sebesar Rp 193,7 triliun.

Analisis Level Ancaman

Senjata: tanpa senjata
Sarana: tanpa kendaraan
Metode: terorganisir
Jaringan: nasional
Dukungan: dalam negeri
Bisnis: tak berbisnis
Skill: terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: kekayaan
Intensitas: insidental
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: individu sipil

Perihal: Penemuan manipulasi bahan bakar minyak RON 90 yang dipasarkan sebagai RON 92 di PT Pertamina

Opini dan Prediksi: Faktor-faktor yang mempengaruhi peristiwa tersebut bisa melibatkan keinginan untuk meraih keuntungan dengan cara curang dan manipulatif dalam bisnis minyak dan produk kilang. Pelaku dalam kejahatan korupsi ini adalah mereka yang terlibat dalam rantai distribusi dan impor ekspor minyak di PT Pertamina, di mana praktik pemalsuan kualitas bahan bakar dilakukan untuk memanipulasi harga dan kualitas produk. Dugaan pelaku dalangnya adalah mereka yang memiliki otoritas dan kekuasaan dalam perusahaan tersebut serta mungkin terlibat dalam jaringan korupsi yang lebih luas. Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, langkah-langkah pencegahan yang diperlukan antara lain adalah: penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku korupsi, peningkatan pengawasan dan audit internal dalam perusahaan, serta peningkatan kesadaran akan etika bisnis dan kepatuhan terhadap aturan dalam industri minyak dan gas.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 0.85

Level Ancaman: 0.45

Dua gadis belia di Kaimana, Papua Barat menjadi korban rudapaksa oleh oknum Polisi.

WHAT: Dua gadis belia di Kaimana, Papua Barat menjadi korban rudapaksa oleh oknum Polisi.
WHO: Dua gadis belia berusia 13 dan 14 tahun sebagai korban, orang tua korban, oknum Polisi, Polres Kaimana.
WHEN: Kamis, 20-02-2025.
WHERE: Kawasan Pasar Baru Kaimana, Papua Barat.
HOW/Chronology: Korban tidak pulang ke rumah sejak Selasa (18/2/2025). Orang tua korban melaporkan ke Polres Kaimana setelah menemukan korban di Pos PAM Pasar Baru Kaimana pada Kamis (20/2/2025) pagi. Korban mengakui ditahan oleh oknum Polisi tanpa alasan dan tanpa pemberitahuan ke keluarga. Orang tua korban mendapati korban mengalami memar pada bagian kepala belakang.
WHY: Terjadi karena dugaan rudapaksa oleh oknum Polisi terhadap dua gadis belia yang sebelumnya ditahan karena kasus pencurian yang sudah selesai. Korban ditahan kembali tanpa alasan jelas dan tanpa pemberitahuan kepada keluarga.

Analisis Level Ancaman

Senjata: tanpa senjata
Sarana: tanpa kendaraan
Metode: tidak terorganisir
Jaringan: individu
Dukungan: berdiri sendiri
Bisnis: tak berbisnis
Skill: terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: pribadi
Intensitas: insidental
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: individu sipil

Perihal: Kasus rudapaksa yang melibatkan dua gadis belia di Kaimana, Papua Barat

Opini dan Prediksi: Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa rudapaksa tersebut dapat meliputi kekuasaan yang disalahgunakan oleh oknum Polisi, ketidakadilan dalam sistem hukum yang memungkinkan terjadinya tindakan semena-mena, dan kurangnya pengawasan serta perlindungan terhadap korban kekerasan seksual. Pelaku dalam kasus ini diduga merupakan oknum Polisi yang seharusnya bertugas untuk melindungi masyarakat. Untuk mencegah terulangnya kejadian serupa, perlu adanya penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku, peningkatan pendidikan dan kesadaran hukum dalam masyarakat, serta pembentukan mekanisme pengaduan yang aman bagi korban agar mereka dapat melaporkan tindakan kekerasan yang dialami tanpa takut mendapat tekanan atau balas dendam.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 0.45