Level Ancaman: 1.15

Kerusuhan pecah di Puncak Jaya, Papua Tengah, menyusul penembakan terhadap tiga warga yang diklaim sebagai anggota kelompok pro-kemerdekaan Papua oleh aparat militer Indonesia.

Rangkuman:
WHAT: Kerusuhan pecah di Puncak Jaya, Papua Tengah, menyusul penembakan terhadap tiga warga yang diklaim sebagai anggota kelompok pro-kemerdekaan Papua oleh aparat militer Indonesia.
WHO: Masyarakat di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, TPNPB-OPM, aparat militer Indonesia (Kodam XVII/Cenderawasih), tokoh adat Otis Murib.
WHEN: Hari Kamis, 19-07.
WHERE: Kampung Karubate, Distrik Muara, Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah.
HOW/Chronology: Penembakan terhadap tiga warga Papua terjadi di Kampung Karubate oleh aparat militer yang menyatakan mereka sebagai anggota milisi pro-kemerdekaan Papua. Namun, tokoh adat Otis Murib membantah klaim tersebut dan menyatakan para korban adalah warga sipil, bukan anggota TPNPB-OPM. Masyarakat pun menuntut pertanggungjawaban dari Kodam Cenderawasih terkait aksi penembakan tersebut.
WHY: Kerusuhan terjadi karena dugaan penembakan yang dilakukan oleh aparat militer terhadap warga Papua yang diklaim sebagai anggota kelompok pro-kemerdekaan, memicu konflik antara masyarakat Papua dan pihak militer.

Analisis Level Ancaman

Senjata: senjata ringan
Sarana: tanpa kendaraan
Metode: terorganisir
Jaringan: lokal
Dukungan: dalam negeri
Bisnis: tak berbisnis
Skill: terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: SARA
Intensitas: sesekali
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: individu sipil

Perihal: Kerusuhan pecah di Puncak Jaya, Papua Tengah menyusul penembakan terhadap tiga warga yang diklaim sebagai anggota kelompok pro-kemerdekaan Papua oleh aparat militer Indonesia.

Opini dan Prediksi: Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa tersebut antara lain ketegangan politik di Papua, ketidakpercayaan antara masyarakat Papua dengan aparat keamanan, serta ketidakadilan sosial dan politik yang dirasakan oleh masyarakat Papua. Dalang atau pelaku pada kejadian tersebut dapat berasal dari pihak-pihak yang ingin memprovokasi kemarahan masyarakat Papua, atau memperbesar kesenjangan sosial-politik di daerah tersebut guna kepentingan politik tertentu. Agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan, penting untuk meningkatkan dialog dan komunikasi antara pemerintah Indonesia dan masyarakat Papua, serta menyelesaikan ketidakadilan sosial dan politik yang menjadi akar permasalahan di daerah tersebut. Mendengarkan aspirasi masyarakat Papua, menjalankan pemerintahan yang transparan dan akuntabel, serta memberikan keadilan bagi seluruh warga Papua dapat menjadi langkah-langkah pencegahan yang efektif.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 1.15

Teks asli
Kerusuhan pecah di Puncak Jaya, Papua Tengah, menyusul penembakan terhadap tiga warga yang diklaim sebagai anggota kelompok pro-kemerdekaan Papua oleh aparat militer Indonesia. Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) membantah klaim tersebut, sementara warga dan pegiat HAM mendorong investigasi terhadap aksi penembakan itu.

Sekelompok masyarakat di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, menuntut pertanggungjawaban dari pimpinan Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/Cenderawasih atas dugaan pembunuhan yang dilakukan aparat militer terhadap tiga warga asli Papua di Kampung Karubate, Distrik Muara.

Otoritas militer menuduh tiga laki-laki tersebut sebagai anggota milisi pro-kemerdekaan Papua. Namun seorang tokoh adat di distrik itu, Otis Murib, menyangkal klaim tentara. Dia berkata, ketiga orang yang tewas di tangan aparat itu adalah warga sipil, bukan bagian dari TPNPB-OPM.

“Jadi kalau bisa tarik ucapan dari Pangdam [Cenderawasih]. Kami minta tim pencari fakta harus turun ke sini supaya mereka tahu. Bila perlu orang dari luar juga, media juga bisa datang ambil di sini,” kata Otis Murib dalam sebuah video yang diterima oleh BBC News Indonesia pada Kamis (19/07).
Otis menyebut salah satu warga asli Papua yang tewas itu merupakan seorang kepala kampung, sekaligus keturunan dari orang asli Papua yang memegang hak suara dalam Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat). Ajang yang kontroversial itu menjadi awal bergabungnya Tanah Papua dalam bagian Indonesia.
Otis dan sekelompok warga dari Distrik Mulia pun menuntut Kodam Cenderawasih untuk bertanggung jawab terkait aksi pembunuhan atas tiga warganya.

Selain itu mereka juga mendesak Kodam untuk menarik ucapan yang menyebut ketiga orang yang tewas merupakan bagian dari anggota OPM.

“Bapak bisa lihat ini semua tokoh ada di sini, mewakili pemerintah. Bapak harus cek dulu baru bisa ambil pernyataan itu. Kalau bisa pihak Pangdam turun cek di tempat TKP, baru bisa sampaikan pernyataan seperti itu. Bapak punya anggota sudah salah bertindak makanya kami tidak terima dengan itu,“ kata Otis.
”Jadi kalau bisa tarik ucapan dari Pangdam. Dan kami minta tim pencari fakta harus turun ke sini supaya mereka tahu. Bila perlu orang dari luar juga, media juga bisa datang ambil di sini,” tambahnya.
“Kalau betul-betul OPM yang meninggal, masyarakat tidak pernah ribut, karena itu betul tugas TNI-Polri, jadi kami kasih tinggal. Tapi kalau memang masyarakat sipil yang tidak tahu apa-apa dapat tembak itu pasti masyarakat akan marah,” kata Otis.