Level Ancaman: 0.91

Kerusuhan pecah di Puncak Jaya, Papua Tengah, menyusul penembakan terhadap tiga warga yang diklaim sebagai anggota kelompok pro-kemerdekaan Papua oleh aparat militer Indonesia.

Rangkuman:
WHAT: Kerusuhan pecah di Puncak Jaya, Papua Tengah, menyusul penembakan terhadap tiga warga yang diklaim sebagai anggota kelompok pro-kemerdekaan Papua oleh aparat militer Indonesia.
WHO: (1) Anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), (2) Pimpinan Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/Cenderawasih, (3) Warga asli Papua, dan (4) Tokoh adat di distrik tersebut.
WHEN: Kamis, 19-07.
WHERE: Distrik Muara, Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, Provinsi Papua.
HOW/Chronology:
– Penembakan dilakukan terhadap tiga warga asli Papua di Kampung Karubate.
– Otoritas militer menuduh tiga laki-laki tersebut sebagai anggota milisi pro-kemerdekaan Papua.
– Tokoh adat, Otis Murib, membantah klaim tentara bahwa ketiga orang tewas merupakan anggota TPNPB-OPM, menyatakan mereka adalah warga sipil.
– Warga dan pegiat HAM mendorong investigasi terhadap aksi penembakan tersebut.
– Kelompok masyarakat menuntut pertanggungjawaban dari pimpinan Kodam XVII/Cenderawasih terkait dugaan pembunuhan oleh aparat militer.
WHY: Kerusuhan terjadi akibat kontroversi antara klaim militer bahwa korban sebagai anggota pro-kemerdekaan Papua dan penolakan dari warga serta tokoh adat yang menyatakan korban sebagai warga sipil. Hal ini menimbulkan pertentangan dan tuntutan tanggung jawab kepada otoritas militer.

Analisis Level Ancaman

Senjata: senjata tumpul
Sarana: tanpa kendaraan
Metode: terorganisir
Jaringan: lokal
Dukungan: dalam negeri
Bisnis: tak berbisnis
Skill: terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: politik
Intensitas: insidental
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: individu sipil

Perihal: Kerusuhan pecah di Puncak Jaya, Papua Tengah, menyusul penembakan terhadap tiga warga yang diklaim sebagai anggota pro-kemerdekaan Papua.

Opini dan Prediksi: Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa tersebut dapat melibatkan konflik politik terkait otonomi daerah, ketegangan antara pemerintah Indonesia dan kelompok pro-kemerdekaan Papua, serta mungkin juga kesalahpahaman atau penyalahgunaan wewenang oleh aparat keamanan. Dalang atau pelaku pada kejadian tersebut bisa berasal dari pihak-pihak yang ingin memperkuat narasi politik mereka, baik dari kelompok pro-kemerdekaan Papua maupun dari aparat keamanan. Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, penting untuk mendorong dialog dan negosiasi antara pemerintah Indonesia dengan kelompok pro-kemerdekaan Papua, serta melakukan investigasi yang transparan dan akuntabel terkait kasus-kasus pelanggaran HAM.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 0.91

Teks asli
Kerusuhan pecah di Puncak Jaya, Papua Tengah, menyusul penembakan terhadap tiga warga yang diklaim sebagai anggota kelompok pro-kemerdekaan Papua oleh aparat militer Indonesia. Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) membantah klaim tersebut, sementara warga dan pegiat HAM mendorong investigasi terhadap aksi penembakan itu.

Sekelompok masyarakat di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, menuntut pertanggungjawaban dari pimpinan Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/Cenderawasih atas dugaan pembunuhan yang dilakukan aparat militer terhadap tiga warga asli Papua di Kampung Karubate, Distrik Muara.

Otoritas militer menuduh tiga laki-laki tersebut sebagai anggota milisi pro-kemerdekaan Papua. Namun seorang tokoh adat di distrik itu, Otis Murib, menyangkal klaim tentara. Dia berkata, ketiga orang yang tewas di tangan aparat itu adalah warga sipil, bukan bagian dari TPNPB-OPM.

“Jadi kalau bisa tarik ucapan dari Pangdam [Cenderawasih]. Kami minta tim pencari fakta harus turun ke sini supaya mereka tahu. Bila perlu orang dari luar juga, media juga bisa datang ambil di sini,” kata Otis Murib dalam sebuah video yang diterima oleh BBC News Indonesia pada Kamis (19/07).
Otis menyebut salah satu warga asli Papua yang tewas itu merupakan seorang kepala kampung, sekaligus keturunan dari orang asli Papua yang memegang hak suara dalam Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat). Ajang yang kontroversial itu menjadi awal bergabungnya Tanah Papua dalam bagian Indonesia.
Otis dan sekelompok warga dari Distrik Mulia pun menuntut Kodam Cenderawasih untuk bertanggung jawab terkait aksi pembunuhan atas tiga warganya.

Selain itu mereka juga mendesak Kodam untuk menarik ucapan yang menyebut ketiga orang yang tewas merupakan bagian dari anggota OPM.

“Bapak bisa lihat ini semua tokoh ada di sini, mewakili pemerintah. Bapak harus cek dulu baru bisa ambil pernyataan itu. Kalau bisa pihak Pangdam turun cek di tempat TKP, baru bisa sampaikan pernyataan seperti itu. Bapak punya anggota sudah salah bertindak makanya kami tidak terima dengan itu,“ kata Otis.
”Jadi kalau bisa tarik ucapan dari Pangdam. Dan kami minta tim pencari fakta harus turun ke sini supaya mereka tahu. Bila perlu orang dari luar juga, media juga bisa datang ambil di sini,” tambahnya.
“Kalau betul-betul OPM yang meninggal, masyarakat tidak pernah ribut, karena itu betul tugas TNI-Polri, jadi kami kasih tinggal. Tapi kalau memang masyarakat sipil yang tidak tahu apa-apa dapat tembak itu pasti masyarakat akan marah,” kata Otis.