Level Ancaman: 0.7

Pembakaran seluruh bangunan sekolah (SD, SMP, SMA, dan SMK) di Kampung Borban, Distrik Okbap, Kabupaten Pegunungan Bintang oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).

Rangkuman:
WHAT: Pembakaran seluruh bangunan sekolah (SD, SMP, SMA, dan SMK) di Kampung Borban, Distrik Okbap, Kabupaten Pegunungan Bintang oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
WHO: TPNPB-OPM dari Kodap XXXV Bintang Timur, dipimpin oleh Panglima Kodap Brigjen Ananias Ati Mimin.
WHEN: Jumat, 12-07-2024.
WHERE: Kampung Borban, Distrik Okbap, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
HOW/Chronology: Pasukan TPNPB-OPM membakar semua bangunan sekolah dengan alasan menentang pembangunan infrastruktur oleh pemerintah Indonesia di tanah Papua. Mereka menganggap bahwa pendidikan yang diajarkan di sekolah-sekolah tersebut mengubah fakta sejarah Papua yang telah merdeka.
WHY: Penyebab terjadinya pembakaran tersebut adalah protes terhadap pembangunan infrastruktur oleh pemerintah Indonesia di Papua, serta ketidaksetujuan terhadap isi kurikulum pendidikan yang dianggap memutarbalikkan fakta sejarah Papua yang seharusnya sudah merdeka.

Analisis Level Ancaman

Senjata: bahan peledak
Sarana: tanpa kendaraan
Metode: terorganisir
Jaringan: lokal
Dukungan: dalam negeri
Bisnis: tak berbisnis
Skill: terlatih
Jenis Aktor: bukan negara
Kepentingan: politik
Intensitas: insidental
Komitmen: terencana
Instrumen: fisik
Target: fasilitas kesehatan, infrastruktur umum

Perihal: Pembakaran bangunan sekolah di Kampung Borban, Distrik Okbap, Kabupaten Pegunungan Bintang oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).

Opini dan Prediksi: Faktor-faktor yang mempengaruhi peristiwa ini antara lain inklamasi politik terkait kemerdekaan Papua, ketidakpuasan terhadap pemerintah Indonesia, serta upaya TPNPB-OPM untuk menyampaikan pesan anti-kolonialisme. Kemungkinan pelaku ialah kelompok separatis Papua yang berjuang untuk merdeka dari Indonesia. Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, penting untuk melakukan dialog damai antara kelompok separatisme dan pemerintah, serta meningkatkan pemahaman dan pendidikan tentang masalah Papua agar tercipta pemahaman dan toleransi yang lebih baik antara semua pihak yang terlibat.

Level ancaman relatif terhadap keamanan nasional = 0.7

Teks asli
Jayapura, Gatra.com – Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menyatakan bertanggungjawab atas penembakan terhadap atas pembakaran seluruh bangunan SD, SMP, SMA dan SMK di Kampung Borban, Distrik Okbap, Kabupaten Pegunungan Bintang, Jumat, 12 Juli 2024 lalu.

“Pasukan kami dari TPNPB OPM dari Kodap XXXV Bintang Timur telah membakar semua sekolah SD, SMP, SMA dan SMK di Distrik Okbap Kabupaten Pegunungan Bintang. Aksi pembakaran dipimpin langsung Panglima Kodap Brigjen Ananias Ati Mimin.” kata Juru bicara TPNPB OPM Sebby Sambom dalam rilisnya kepada Gatra.com, Ahad 14 Juli 2024.

Aksi pembakaran semua sekolah itu jelas Sebby, karena TPNPB OPM tidak menghendaki pemerintah kolonial Indonesia membangun parasarana pembangunan di tanah, bumi Papua. Dan ini pula sudah diperingatkan berulangkali.

“Sudah berulangkali diperingatkan pada 5 Desember tahun 2021 lalu. Indonesia jangan membangun di tanah Papua, bumi pertiwi kami. Biarlah setelah kami merdeka, merebut kembali kemerdekaan Papua yang dicaplok Indonesia nanti, baru kami bangun sendiri. Karena itu prasarana bangunan apa saja yang dibangun Indonesia akan kami bakar secara bertahap,” tegas Sebby.

Kali ini gedung –gedung sekolah yang dibakar lanjut Sebby, karena melalui pendidikan pemerintah kolonial Indonesia, akan memberikan pelajaran, memutarbalikan fakta kepada generasi penerus Papua.

“Fasilitas prasarana gedung itu kami perioritaskan untuk dibakar duluan. Kami tidak mau anak –anak kami, generasi penerus bangsa Papua nanti diajar dengan materi yang memutarbalikan fakta. Antaranya soal aneksasi Papua oleh Indonesia. Padahal sesuai fakta Papua itu sudah merdeka, negara berdaulat. Indonesia rampok antaranya dekrit bubarkan negara boneka Papua,” ungkap Sebby.

Sebby juga mengklaim anak-anak sekolah dipaksa menghafal Undang-undang Negara Indonesia dan pahlawan Indonesia. Padahal itu sebagai suatu pelajaran pembodohan terhadap generasi Papua.

“Masa anak –anak kami, generasi penerus papua, diajar, diharuskan hafal UUD 45. Sementara Papua baru dirampok Indonesia 1960 lalu. Aneh kan. Karena itu tahap awal kami upaya bakar habis semua sekolah di Papua. Setelah itu prarana jalan raya dan jembabatan, untuk lumpuhkan akses komunikasi,” kata Sebby.

“Nanti setelah merdeka, baru kami bangun baru sekolah, jalan dan fasilitas kesehatan,” tambah Sebby.

Langkah membakar gedung sekolah itu, lanjut Sebby karena fasilitas tersebut digunakan sebagai pos militer Indonesia selama Papua ditetapkan sebagai wilayah operasi militer indonesia sejak Tahun 1960 hingga detik ini.

“Selama ini semua fasilitas negara, sekolah rumah sakit dijadikan marmas militer Indonesia. Pura –pura jadi guru dan perawat, padahal itu hanya sebagai kamuflasi saja. Karena itu harus dibumihanguskan,” katanya.

Untuk itu Sebby menghimbau kepada orang Papua untuk segera bersatu dan berjuang untuk kemerdekaan Papua.

“Orang Papua harus segera sadar untuk tidak diadudombakan oleh negara Indonesia, agar kita saling membunuh.Mari kita bersatu melawan kolonial Indonesia. Kalau Timor Timur bisa lepas dari Indonesia, mengapa Papua tidak,” ungkap Sebby.

Menyangkut pembakaran sejaumlah gedung sekolah di Kabupaten Papua tengah Jumad lalu, sejauh ini pihak Polda Papua belum memberikan keterangan resmi terkait insiden ini. Sejumlah awak media sudah berupaya menguhubungi Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ignatius Beny Ady Prabowo belum dijawab.